I’m going back to the start

sejak kapan? sejak kapan kita mencari diri sendiri?

padahal sejak dulu, dulu sekali, kita selalu ingin cepat-cepat jadi besar, cepat-cepat selesai TK, SD, SMP, SMA, penasaran dengan setiap jenjang pendidikan, penasaran dengan apa saja yang dipelajari di sana, penasaran dengan masa depan….kelak saya jadi apa ya?

dan sampai saatnya jendela dibuka sangat lebar dan kita mulai bisa melihat luka-luka dunia.
dan sampai pada suatu ketika kita masuk semakin dalam ke tengah hutan, tak lagi berupa bunga-bunga indah beragam yang bermekaran, tapi jauuh di dalam hutan, sebelum ke bagian organ utama, kau lihat betapa mencekam dan gelapnya di sana.
dan bukan salahmu, ingin tahu.
berbekal sebilah pisau genggam yang makin tajam, menyibak dan membuka jalanan baru.
kaulah pioneer cabang-cabang perjalananmu sendiri.
di tanganmu kau pilih menguak tabir mana,
di kakimu kau pilih persimpangan yang mana
sementara pikiranmu selalu berkutat satu sama lain, menerka-nerka
mana pintu yang seharusnya?

sampai pada kelegaan setelah mengetahui bahwa dunia dari luar begitu indahnya, ternyata ada cacatnya.
sungguh kelegaan yang tak terkira!
karena sejak awal kau merasa “apakah aku akan terus sebahagia ini? ada yang tak seimbang! terlalu indah!”

tapi juga kita ditimpakan pada : kau sudah terlanjur melihat luka-luka menganga, akankah kau membiarkannya?
dilema.
apa kita begitu buta, apa kita sebegitu bedebahnya sebagai manusia?
pura-pura nggak lihat?
sulit meninggalkan jejak masa lalu?
sulit menanggalkan rencana-rencana masa depan yang kau rancang dulu?

yang seakan akan sangat bahagia pada akhirnya?

Baca lebih lanjut